Prabowo: “Solusi Masalah Bangsa Sudah Ada Dalam UUD 45”
Jakarta (11/10). Hari kedua Rakernas LDII, Prabowo memberikan pembekalan kepada peserta Rakernas LDII. Dalam kesempatan itu, Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam memaparkan fokus kegiatan LDII, yang sekaligus menjadi aspirasi warga LDII untuk dijadikan program pembangunan para capres.
“LDII terdapat di 34 provinsi dan 514 DPD kabupaten/kota. Jumlah pesantren kami sejumlah DPD kabupaten/kota. Para dai kami berdakwah hingga ke Australia, Asia, Eropa, hingga Kongo,” ujar Abdullah Syam. Ia berharap para peserta yang berjumlah 1.500 orang ini bisa mendengar pemaparan Prabowo, mengenai tantangan yang dihadapi bangsa sekaligus solusi.
Dalam pemaparannya, Prabowo menukil buku yang ia tulis Paradoks Indonesia: Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin. Ia menyebut kekayaan alam tak bisa menyejahterakan rakyat, karena elit politik lebih mementingkan kepentingannya sendiri, di atas kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan rakyat.
“Seluruh mineral yang ada untuk mendukung Indonesia sebagai negara industri terdepan, namun semua bahan-bahan itu justru diekspor. Orang-orang hebat di Indonesia tak dimanfaatkan kemampuannya sehingga negara ini rugi. Kita terus hidup dari utang dan elit politik menyatakan hal itu biasa,” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, elit politik adalah siapa saja yang menjadi pimpinan, termasuk dirinya. Prabowo menyatakan, dirinya juga pernah menjadi bagian dari negara ini ketika menerapkan ekonomi neoliberal. Namun dampak buruk dari ekonomi neoliberal menyadarkannya, bahwa kekayaan yang dimiliki oleh segelintir orang tak akan menetes kepada orang lain – sebagaimana keyakinan penganut neoliberal.
Neoliberal sangat menarik bagi negara kaya, namun menurutnya, membuat kesenjangan kesejahteraan antara yang miskin dan kaya, “Dolar naik dari Rp10.000 menjadi Rp15.000, artinya kita rugi Rp5.000. Kerja keras upah tetap namun nilainya berkurang. Artinya kita makin miskin. Inilah akibat dari neoliberalisme. Negara pun hidup dari utang,” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, kini negara-negar maju seperti AS justru menolak neoliberalisme. Setelah kalah dengan ekonomi Tiongkok, AS tak mengakui lagi pasar bebas. Ia menyontohkan Amerika yang bersemboyan America Great Again! Yang memproteksi sumberdaya alam dan penyediaan lapangan kerja untuk rakyat AS.
Neoliberal, menurut Prabowo juga menyebabkan segelintir orang menguasai sumberdaya yang besar, “Rasio Gini 45,4 artinya 1% orang menguasai 45% sumber daya. Di bidang pertanahan menurut data Walhi, tanah di Indonesia banyak dikuasai swasta. Rasio Gini tanah mencapai 80, yang artinya 1% orang menguasai 80% tanah di Indonesia,” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, ia tak membenci swasta, namun negara harus lebih berperan. Selama 73 tahun merdeka, neraca perdagangan Indonesia hingga 2012 menguntungkan Indonesia. Hanya saja US$ 300-an miliar uang swasta tak masuk lagi ke Indonesia. Tapi disimpan di luar negeri.
Prabowo menegaskan, segala masalah bangsa sudah siberikan solusinya oleh para pendiri bangsa. Menurutnya, solusi itu ada dalam UUD 45 pada pasal 33. sebesar-besarya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Prabowo menyebut warga LDII bisa menanam singkong, 1 singkong memiliki berat di atas 100 kg. Bila mampu menanam 100 pohon bisa memperoleh 1.000 kg. Singkong-singkong ini bila diubah menjadi etanol, dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar.
“Saya yakin negara kita mampu berdiri di atas kaki sendiri. Negara kita sangat kaya. Negara yang berpijak pada kepentingan nasional, kepentingan rakyat Indonesia itu yang kita utamakan,” ujar Prabowo.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, Abdullah Syam menyatakan Rakernas ini, merupakan aspirasi warga LDII untuk memberi masukan kepada para capres. Dan LDII juga membutuhkan berbagai masukan dari para capres untuk program kerja ke depan.
Adapun delapan bidang yang jadi fokus perhatian dan menjadi aspirasi LDII adalah: pertama, dakwah. Di bidang dakwah, LDII memandang setiap manusia berhak memperoleh hikmah. Untuk itu LDII tak hanya berdakwah di perkotaan, namun ke kalangan yang terpinggirkan, seperti di perkampungan kusta di Nganget, Tuban, jawa Timur, di kelompok penyandang tunarungu di Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur. Dakwah LDII juga menyentuh warga di Lapas.
Kedua, di bidang kebangsaan, LDII menanamkan rasa cinta tanah air. LDII sejak 1972 telah berasaskan Islam, dan memandang Islam menjiwai Pancasila. Dalam bidang kebangsaan, LDII mendorong pelestarian dan pengembangan bahasa, sebagai aset bangsa yang menyatukan bangsa Indonesia. Ketiga, di bidang pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola LDII fokus untuk melahirkan generasi yang profesional religius.
Keempat, bidang kesehatan, LDII mendorong pemanfaatan obat herbal sebagai pendamping obat konvensional. Obat herbal bisa menjadi pengobatan utama, saat harga obat melambung tinggi. Kelima, di bidang energi baru dan terbarukan, LDII telah memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan pembangkit listrik mikrohidro. Keenam, di bidang ekonomi syariah, LDII membentuk lembaga pembiayaan syariah dan mendirikan koperasi berbasis syariah, dengan menekankan kerja sama bukan kompetisi.
Ketujuh, di bidang ketahanan pangan, LDII mendorong pemanfaatan lahan tak produktif menjadi produktif. Warga LDII berhasil menyulap lahan gambut menjadi lahan yang dapat ditanami. Dan kedelapan, LDII mendorong warganya dalam memanfaatkan teknologi digital, kecerdasan artifisial, dan robotik.